Akhirnya Indonesia bisa juga mengikuti gelaran piala dunia, bahkan
menduduki peringkat ke-4 di akhir kompetisi. Waaahh.. Tapi, jangan
bayangkan piala dunia yang satu ini sama dengan piala dunia di Afrika
Selatan tahun 2010 lalu ya. Meski bukanlah piala dunia yang
diimpi-impikan pecinta sepak bola Indonesia, tapi setidaknya Homeless
World Cup 2012 ini sedikit membawa harum nama Indonesia. Homeless World
Cup merupakan turnamen sepak bola bagi warga yang
memiliki keterbatasan ekonomi, ODHA dan juga mantan pecandu. Saat ini,
Homeless World Cup beranggotakan 73 negara dan salah satunya Indonesia.
Feby Arhemsyah, manajer tim untuk Homeless World Cup 2012, mengatakan
kebanggaannya setelah mengemban tanggung jawab masyarakat yang
memberikan dukungan kepada tim lewat program satu koinnya yang akhirnya
memberangkatkan mereka untuk mengikuti pertandingan tersebut.
“Dengan ada dan tidak adanya bantuan pemerintah, lakukanlah yang
terbaik, dengan segala keterbatasan yang ada jangan sampai menghentikan
permainan sepak bola yang kita cintai, sehingga ada tranformasi
perubahan,” katanya, Kamis (18/10).
Untuk memilih skuad Timnas Indonesia, Rumah Cemara sebagai Oficial
National Organizer Homeless World Cup 2012, terlebih dahulu menyeleksi
tim melalui kompetisi liga perubahan (League of Change) yang digelar
Februari lalu di Bandung.
Dari kompetisi tersebut dipilih 8 orang pemain dengan latar belakang
HIV Positif, mantan pecandu, dan perwakilan dari Masyarakat Miskin Kota.
Skuad tim Street Soccer Nasional Indonesia terdiri dari Febby
Arhemsyah sebagai Manager, Doni Arisetyawan sebagai pelatih, dan
beberapa pemain seperti Adik Mardiana (Jatim), Suherman (Jabar), Arief
Priadi (Jabar), Mozes Manuhutu (DKI), Anton Sugiri (DKI), Farid Satria
(Sulawesi Selatan), dan M. Iqbal (Sumatera Utara).
Indonesia mencatat prestasi dengan menempati posisi keempat pada turnamen yang digelar di Lapangan 1 Plaza de la
Constitucion Zocala, Kota Meksiko tersebut. Senin (15/10) dini hari.
Pada perebutan tempat ketiga dan keempat, Indonesia menyerah kepada
Brasil dengan skor 2-6. Meski menempati peringkat keempat, tim Indonesia
memperoleh gelar bergengsi dengan menyabet penghargaan pelatih terbaik.
Sementara yang menjadi juara adalah Chile setelah menalukan tuan rumah
Meksiko dengan skor 5-8.
"Saya kira, kemenangan terbesar dari tim ini adalah perubahan yang
terjadi pada diri para peserta, sesuai dengan tujuan diadakannya
Homeless World Cup. Jika melihat kemampuan peserta negala lain, saya
kira kita bisa memperoleh prestasi lebih baik," kata Febby.
Nama besar Brasil menjadi sebuah tekanan tersendiri bagi pemain.
Padahal, lanjut Febby, jika melihat keterampilan mereka, pemain lapis
utama kita nggak kalah bagus.
"Saya melihat puncak semangat pemain adalah saat menghadapi Lithuania.
Memasuki semi final menghadapi Meksiko yang memiliki keterampilan tinggi
dan perebutan tempat ketiga melawan Brasil, pemain mulai terlihat
kelelahan," tambahnya.
Meskipun begitu, Indonesia telah membuktikan kepada dunia bahwa
Indonesia bukan lawan yang mudah dikalahkan. Perjalanan Indonesia hingga
empat besar hanya mengalami tiga kekalahan dari empat putaran.
Indonesia menjadi satu-satunya wakil Asia yang menembus dominasi Amerika
Latin.
Penghargaan pelatih terbaik yang disabet Doni Arisetyawan (36) menjadi
bukti bahwa tim Indonesia di ajang ini cukup diakui. Pada ajang Homeless
World Cup 2011, Indonesia pertama kali tampil menempati urutan keenam
dan menyabet penghargaan pemain terbaik melalui Ginan Koesmayadi.